DEFINISI
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernafasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jelas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. ARDS diawali dengan berbagai peyakit yang serius yang pada akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus nonkardiogenik yang khas.
(Petty and Ashbaugh)
ARDS juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik, adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius.
(Brunner and Suddarth)
Tanda khas ARDS adalah : adanya injury paru akut, oedema paru nonkardiogenik, dan hipoksia berat.
ETIOLOGI
- Aspirasi (sekresi lambung, tenggelam, hidrokarbon)
- Obat-obatan : heroin, salisilat
- Inhalasi oksigen konsentrasi tinggi berkepanjangan, asap, atau bahan korosif
- Infeksi ( pneumonia bakteri, jamur, virus)
- Kelainan metabolik (pankreatitis, uremia)
- Syok (sembarang penyebab)
- Trauma (kontusio paru, fraktur multiple, cedera kepala)
- Emboli lemak atau udara
- Sepsis
KRITERIA DIAGNOSIS
- Gagal napas akut
- Radiologi : infiltrate pulmonary “fluffy” bilateral
- Hipoksemia (Pa O2 dibawah 50 mmHg-60 mmHg)
- Onset : akut
- Pulmonary artery wedge pressure ≤18 mmHg atau tidak terbukti adanya hipertensi atrium kiri
GAMBARAN KLINIS
· 12-24 jam pertama
- Dispnea (sesak napas)
- Sianosis
- Alkalosis respiratory (PaO2 sangat rendah, PaCO2 normal atau rendah, serta peningkatan pH)
- Pada auskultasi : Ronkhi basah kasar serta kadang wheezing.
· 48 jam
- Infiltrate paru diffuse dan cepat terjadi gagal napas
- Radiology :
Roentgen thorax beda dengan oedema paru kardiogenik:
- Tidak terdapat kardiomegali
- Umumnya tidak terdapat efusi pleura
- Kadang fibrosis
PATOFISIOLOGI
Kerusakan paru berasal dari aktivasi sel darah putih dan akumulasi platelet di dalam kapiler, interstisial, serta rongga udara. Leukosit dan platelet ini kemungkinan melepaskan prostaglandin, radikal toksik O2, enzim proteolitik, serta mediator-mediator lainnya (misalnya tumor necrosis factor dan interleukin) yang kemungkinan menyebabkan kerusakan sel, memicu inflamasi dan fibrosis, serta tonus bronkomotor dan vasoreaktivitas.
Ketika kapiler paru dan epitel alveoli mengalami kerusakan, plasma dan darah akan bocor menuju ke interstisial dan ruang-ruang intraalveolar. Hasilnya, terjadi penumpukan cairan dan atelektasis pada alveolus. Atelektasis merupakan mekanisme yang mengikuti upaya paru untuk mengurangi aktivitas surfaktan. Kerusakan ini tidak bersifat homogen dan hanya mempengaruhi daerah paru yang terkena. Dalam dua sampai tiga hari, terjadi inflamasi interstisial dan bronkoalveolar serta proliferasi sel-sel interstisial. Kemudian akan terjadi akumulasi kolagen secara cepat sehingga berakibat fibrosis interstisial dua hingga tiga minggu kemudian. Perubahan patologis ini mengakibatkan penurunan komplians paru, menurunkan kapasitas residual fungsional, ketidakseimbangan ventilasi/perfusi, peningkatan ruang rugi fisiologis, hipoksemia hebat, serta hipertensi pulmonal. Kondisi inilah yang disebut dengan istilah ARDS.
PATHWAY
Trauma
Sel tipe II Kerusakan kapiler endotel sel tipe I
Diferensiasi ke Sel I Permeabilitas membran Produksi surfaktan
kapiler-alveolar
Fibrosis paru Edema interstisial dan alveolar Atelektasis
Bersihan jalan nafas tidak efektif Gangguan pertukaran gas
Compliance paru
Hiperventilasi
Hipokapnea
Pola nafas tidak efektif
KOMPLIKASI
- Infeksi paru
- Edema paru : adanya edema paru, hipoksia alveoli, penurunan surfaktan dan daya aktivitas surfaktan akan menurunkan daya tahan paru terhadap infeksi
- Komplikasi PEEP : penurunan curah jantung, emfisema(distensi jaringan) subkutis, dan tension pneumothoraks karena pemasangan kateter vena sentral
PENATALAKSANAAN MEDIS
- Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
- Memastikan ventilasi yang adekuat
- Memberikan dukungan nutrisi
- Memberikan dukungan sirkulasi
- Memastikan volume cairan yang adekuat
PROSES KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian Riwayat :
- Dispnea (sesak napas) - Penurunan mental, bingung, gelisah
- Sianosis
Pengkajian Fisik :
- Pada auskultasi : Ronkhi basah kasar serta kadang wheezing.
- Nafas cepat dan dangkal
- Penggunaan otot aksesori pernafasan
- Perkusi dada: bunyi pekak diatas area konsolidasi
- Ekspansi dada menurun atau tidak sama
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya edema interstisial
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolapsnya alveoli akibat penurunan produksi surfaktan.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan denga penurunan ekspansi paru
III. RENCANA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
- Bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya edema interstisial
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektif
Rencana keperawatan :
Mandiri :
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Catat perubahan dan karakteristik bunyi napas
3. Pertahankan posisi tubuh / kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai kebutuhan, seperti gudel
4. Bantu dengan batuk/napas dalam, ubah posisi dan suction sesuai indikasi/ kebutuhan
Kolaborasi :
5. Berikan oksigen lembab, cairan intravena
6. Berikan therapy aerosol, nebulezer ultrasonik
7. Bantu dengan/berikan fisioterapy dada, contoh drainase postoral ; perkusi dada/vebrasi sesuai indikasi.
8. Berikan bronchodilator
9. Awasi efek samping dari obat
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolapsnya alveoli akibat penurunan produksi surfaktan.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan terjadi perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Rencana keperawatan :
Mandiri :
1. Kaji status pernapasan dan catat adanya peningkatkan fekwensi/perubahan pola napas
2. Anjurkan klien untuk istirahat dan atur lingkungan yang tenang
3. Anjurkan klien untuk napas melalui bibir bila diindikasikan
Kolaborasi
1. Beri oksigen lembab dengan masker (CPAP sesuai indikasi)
2. Lakukan srial foto thorax
3. Awasi hasil GDA / pulse oxymetri
4. Berikan thrapy sesuai indikasi
5. Contoh : steroid, antibiotic
- Pola nafas tidak efektif berhubungan denga penurunan ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pola napas efektif
Rencana keperawatan :
Mandiri:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2. Tinggikan kepala dan Bantu mengubah posisi
Kolaborasi :
3. Berikan oksigen tambahan
IV. IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan implementasi dilakukan sesuai dgn kebutuhan dari rencana keperawatan
V. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Bersihan jalan nafas efektif yang ditunjukkan dengan :
- Menunjukkan hilangnya dispnea
- Tidak ada suara ronki
- Tidak ada produksi sputum
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi seperti:
- Tidak ada lagi penggunaan otot aksesori
- Tidak ada sianosis
3. Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan :
- Frekuensi dan kedalaman nafas normal
- Pengembangan dada maksimal
- Bunyi nafas normal
kalo mau yang lebih lengkap silahkan di download tinggal klik aja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar